Saturday, June 26, 2010

Jajan Pasar - Es Pleret Bertahan Empat Generasi

JIKA Anda melewati jalan Magelang-Yogyakarta jangan lupa mampir ke warung es pleret di dekat pertigaan Semen, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Di sini ada warung es pleret yang sudah bertahan sampai empat generasi.

Es Pleret ini merupakan salah satu kekayaan kuliner Kabupaten Magelang. Secara fisik es pleret mirip dengan es gempol Surabaya. Keduanya sama-sama terbuat dari tepung beras. Bedanya, jika gempol berbentuk bulat dan ada gula di bagian tengah maka pleret beda.

Pleret Semen lebih lonjong dan tidak membutuhkan gula untuk memberikan rasa manis. Pasalnya, pleret dibuat dengan beras khusus yakni berasal dari padi yang hanya ditanam di tanah berpasir. "Jika padi ditanam di sawah berlumpur maka kualitas pleret akan menurun. Pleret lunak dan tidak kenyal. Rasanya juga tidak akan senikmat ini," kata Nurdayati, penjual es pleret Semen.

Pleret yang dicetak kecil-kecil ini disajikan bersama nira kelapa dan santan. Sebagai bumbu, Nurdayati hanya menggunakan panili dan garam. Ini disengaja demi menjaga mutu dan tingkat kealamian es pleret Semen.

Menurut Nurdayati hal inilah yang menjadi kunci sukses es pleret Semen bisa bertahan sampai empat generasi. Dulu, es pleret ini dirintis oleh alm Ali Pleret. Saat masa penjajahan Belanda, Ali Pleret menjajakan es secara berkeliling.

Ia kemudian mulai menetap di dekat pertigaan Sucen setelah Indonesia merdeka dan tetap bertahan hingga sekarang. Kini usaha ini diteruskan Nurdayati dan suaminya. "Kami memang sangat menjaga mutu. Kami hanya menggunakan bahan-bahan terpilih dan alami. Sama sekali tidak ada bumbu masak. Ini resep yang diwariskan turun temurun," kata dia.

Biasanya para pelanggan es pleret ini merupakan para wisatawan yang melewati jalan Yogyakarta-Magelang dan juga warga sekitar Salam. Tak jarang mobil-mobil plat luar kota yang menyempatkan diri menikmati es pleret Semen sambil melihat panorama Gunung Merapi.

Dari lokasi lapak es pleret Semen, kita memang bisa melihat Merapi di arah utara. Sementara di sisi selatan ada Gunung Chino di mana ada pemakaman Tionghoa di lereng-lereng gunung. "Rasa es pleret ini manis alami. Kami sudah langganan sejak saya masih kecil," kata Ny Fatimah, seorang nenek berumur 60 tahun.

Rasa segar dan nikmat es pleret ini diakui Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. Saat berkunjung ke Magelang, Bibit menyempatkan diri menikmati es pleret khas Magelang ini. Bibit kemudian mengundang Nurdayati ke Semarang.

"Pak Gubernur senang denga es pleret buatan kami. Ia memuji, katanya rasanya manis alami dan menyegarkan. Namun kami belum bisa berkunjung ke Semarang. Kami sudah di sini selama empat generasi jadi nanti para pelanggan akan kecewa jika kami tak berjualan," kata dia.


http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/kuliner/2010/06/24/88/Es-Pleret-Bertahan-Empat-Generasi


No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER

Semua karya / tulisan di blog ini adalah hak cipta / hak milik dari pengarang, artis, dan penerbit yg bersangkutan. Blog ini disediakan hanya untuk keperluan edukasi.
Perhatian ! Boleh Copy paste, tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.