Saturday, April 17, 2010

SENI UKIR/PAHAT BATU, banyak terdapat di MUNTILAN, KAB MAGELANG dan sekitarnya



SENI UKIR/PAHAT BATU, banyak terdapat di MUNTILAN, KAB MAGELANG dan sekitarnya

suasana PASAR JAPUNAN, jl magelang - jogja



suasana PASAR JAPUNAN, jl magelang - jogja

Thursday, April 15, 2010

Virus Mirip HIV Ditemukan Dalam Daging Satwa Hutan


New York, Daging satwa hutan seperti monyet, kelelawar dan hewan pengerat banyak dikonsumsi orang. Tapi sebaiknya berhati-hatilah mengonsumsi satwa yang bebas di hutan karena ada temuan daging satwa itu mengandung virus mirip HIV.

Permintaan akan daging satwa hutan ini cukup tinggi hingga banyak diekspor ke negara-negara maju. Daging hewan hutan yang diimpor itu sering diawetkan atau diasapkan untuk masuk ke negara maju seperti Amerika melalui pos dan pengiriman kontainer.

Namun dari hasil pemeriksaan US Fish and Wildlife Service daging-daging tersebut ternyata tidak aman.

Pengujian yang dilakukan Wildlife Conservation Society dan Center for Disease Control (CDC) menemukan daging impor satwa liar itu mengandung penyakit berbahaya monkey pox (cacar monyet), yaitu virus yang menyebabkan SARS dan retrovirus seperti HIV.

Penemuan tersebut cukup mengejutkan karena jika daging-daging tersebut dimakan dapat menginfeksi manusia terutama penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kekebalan tubuh.

Ilmuwan CDC mengatakan ada banyak kasus penyakit menular dari konsumsi daging ini. Meskipun dengan dimasak, patogen makanan seperti salmonella akan mati, tapi beberapa penyakit yang dibawa oleh hewan tidak mati dalam proses memasak.

Temuan-temuan awal tersebut ditampilkan di Rockefeller University, New York pada hari Rabu 14 April 2010.

Ilmuwan menemukan dua strain virus simian foamy (monyet berbusa) dari tiga jenis daging hewan hutan yaitu dua mangabey (sejenis monyet) dan satu simpanse.

Ruggiero Richard, yang bekerja pada International Bushmeat Issues untuk Fish and Wildlife Service, seperti dilansir dari WSJ Online, Jumat (16/4/2010) mengatakan daging satwa itu sangat dihargai di beberapa komunitas imigran, terutama di kalangan imigran Afrika Barat.

(mer/ir)

MONUMEN ADIPURA, KOTA MAGELANG



MONUMEN ADIPURA, KOTA MAGELANG

gedung bunder, jl sriwijaya, kota magelang



gedung bunder, jl sriwijaya, kota magelang

salah satu sudut KOTA MAGELANG



salah satu sudut KOTA MAGELANG ... I LOVE U FULL !!!
simpang tiga jl.sriwijaya n jl.telaga warno ...... bogeman
(dekat gardu karet / depot es murni)

Aturan PPN Baru Tidak Pengaruhi Pajak Makanan

Jakarta - Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) tidak mempengaruhi pajak makanan yang dijual di restoran. Makanan yang dijual di restoran tetap dikenakan pajak pembangunan (PB1) sebesar 10% yang dipungut oleh Pemerintah Daerah (Pemda).

Meskipun dalam UU PPN baru nomor 42 Tahun 2009 dijelaskan makanan dan minuman yang dibeli di restoran bebas PPN 10%, namun itu tidak berpengaruh, karena makanan dan minuman di restoran tetap dikenakan Pb1 sebesar 10%.

"Memang konsumen seringkali salah mengira kalau itu adalah PPN, sebab besarannya sama-sama 10%. Padahal itu adalah Pb1 yang dipungut oleh Pemda. Jadi itu bukan PPN," tandas Pengamat Perpajakan Darussalam kepada detikFinance, Kamis (15/4/2010).

Konsumen diminta jangan sampai salah mengira dan protes kalau tetap ada pemungutan pajak 10% atas pembelian makanan di restoran, rumah makan, atau hotel. Sebab pajak tersebut adalah adalah Pajak Pembangunan yang memang dipungut oleh Pemerintah Daerah.

Di dalam pasal 4A UU PPN baru, ada beberapa jenis barang yang bebas PPN adalah:

* Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya;
* Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
* Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan
* Uang, emas batangan, dan surat berharga.

(dnl/qom)

Wedang Uwuh, Sampah yang Menyehatkan

KOMPAS.com — Sejarah pengobatan tradisional Jawa memang menyimpan beragam cerita. Banyak jenis jamu yang lahir dari hasil kreativitas atau coba-coba. Wedang uwuh yang kini sedang digemari banyak orang hanya salah satunya. Meski artinya sampah, wedang ini mampu menyegarkan dan menyehatkan tubuh. Rasanya pun begitu unik.

Ada banyak ragam minuman dalam tradisi masyarakat Jawa yang menyehatkan. Ada wedang jahe, wedang ronde, wedang secang, dan sebagainya. Khasiat minuman tersebut, selain menghangatkan tubuh, ada pula yang mampu meredakan batuk dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Yang kini sedang digemari banyak orang, khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya adalah wedang uwuh. Popularitas wedang ini ternyata juga sudah menembus Ibu Kota dan beberapa kota besar di Indonesia lainnya. Tak sedikit orang yang membawa oleh-oleh wedang uwuh siap seduh, sehabis bertandang ke Yogyakarta. Mungkin Anda juga pernah mencicipinya.

Turunkan kolesterol

Uwuh dalam bahasa Jawa artinya sampah. Dijuluki uwuh karena ampas atau bahan-bahan minuman ini ketika sudah bercampur tampak seperti sampah tak berguna. Berbagai jenis herba yang menjadi isi kandungan wedang uwuh di antaranya adalah rimpang jahe, serutan Wit kayu secang, serutan kayu manis, cengkih, daun pala. Kadang ditambahkan pula batang sereh atau daun jeruk. Bisa juga dibubuhi gula batu atau gula merah.

Dilirik dari bahan dasarnya, tidak heran bila wedang uwuh memiliki manfaat untuk kesehatan. Dari mulai jahe, rimpang yang satu ini lebih dari sekadar bumbu dapur. Jahe sudah dikenal manjur mengusir berbagai keluhan. Sifatnya yang panas bermanfaat sebagai penghangat.

Lebih dari itu, jahe, melalui banyak penelitian, terbukti manfaatnya untuk melancarkan peredaran darah. Jahe bersifat antikoagulan (antipembekuan darah) yang lebih hebat daripada bawang putih atau bawang merah.

Jahe juga mampu menurunkan kadar kolesterol karena bisa mengurangi penyerapan kolesterol dalam darah dan hati. Penelitian yang dilakukan para ahli di Jepang memperlihatkan, jahe dapat menurunkan tekanan darah tinggi dengan jalan mengurangi laju aliran darah perifer (aliran darah tepi).

Kayu manis memiliki sifat antioksidan dan membuat rasa wedang menjadi lebih nikmat. Banyak herbalis meyakini bahwa campuran jahe dan kayu manis berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena kandungan antioksidannya tinggi.

Kaya Antioksidan
Dr Michael dari Herbacure menilai, berbagai kandungan bahan dalam wedang uwuh jika diuraikan satu per satu memang memiliki manfaat beragam. Manfaat itu terutama untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan memperlancar aliran darah.

Serutan kayu manis dan cengkih, dijelaskannya, adalah herba yang bersifat hangat, juga bisa memberikan aroma sekaligus sensasi rasa yang unik. Daun pala yang mengandung saponin, polifenol, dan flavonoid bermanfaat untuk menghilangkan nyeri, meredakan perut mulas karena masuk angin, melancarkan sirkulasi darah, dan mengatasi gangguan pada lambung.

Komponen penting lain dalam wedang uwuh adalah secang. Herba yang biasa disebut kayu secang (Caesalpinia sappan) ini telah lama dikenal sebagai bahan ramuan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti sifilis, batuk darah, dan radang.

Kayu secang juga dapat dipergunakan sebagai campuran untuk minuman kesehatan dan penghangat badan. Penelitian yang dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mengungkapkan bahwa secang memiliki kemampuan antioksidan, antikanker, memperlancar peredaran darah, dan melegakan pernapasan.

Terakhir, gula batu sebagai pelengkap untuk memberikan rasa manis, tanpa membuang aroma sekaligus rasa asli bahan-bahan ramuan ini.

Cara membuat wedang uwuh ini gampang saja. Semua bahan cukup diseduh dengan air mendidih atau direbus jika ingin membuat dalam ukuran banyak. Beragam bahan dalam wedang itu jika telah menyatu dan direbus akar menghasilkan minuman berwarna cokelat kemerahan yang terbentuk dari warna dominan secang. Bau harum menguar dari aroma kayu manis. Rasa hangat, pedas, manis, berasal dari jahe dan rempah lainnya.

Penasaran ingin menikmati sajian wedang uwuh? Anda bisa membuatnya sendiri. Bahan-bahannya pun tidak sulit didapat. Hampir setiap kios bahan jamu di pasar tradisional menjual bahan-bahan tersebut. Sebagian besar bahan, seperti kayu manis, jahe, kayu secang, gula batu, dan cengkih juga tersedia di pasar swalayan.

Atau bila Anda berkunjung ke Imogiri, jangan lupa membeli oleholeh bahan ramuan wedang uwuh lengkap yang sudah dikemas. Harga per bungkus relatif murah.

Lalang Ken Handita

Wednesday, April 14, 2010

"garebek Getuk" Rintis Tradisi Hari Jadi Magelang

"garebek Getuk" Rintis Tradisi Hari Jadi Magelang
Minggu, 11 April 2010

Magelang (ANTARA News) - Pesta budaya dan kesenian bertajuk "Garebek Getuk" sebagai upaya kalangan seniman Kota Magelang dan sekitarnya merintis tradisi perayaan hari ulang tahun kota itu secara meriah dan unik, kata Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang, Budiyono.

"Akan terus menerus kami kelola, olah, dan kembangkan, memang kami sedang merintis, setiap hari jadi dirayakan melalui `Garebek Getuk`," kata Budiyono di sela puncak perayaan Hari Jadi Ke-1104 Kota Magelang melalui "Garebek Getuk" di Alun-Alun Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu.

Kegiatan itu ditandai dengan pementasan tarian "Ruwat Getuk" yang dibawakan sekitar 150 seniman berasal dari sejumlah komunitas baik di Kota maupun Kabupaten Magelang.

Tarian kolosal itu menceritakan sejarah berdiri Kota Magelang yang bersumber dari Prasasti Mantyasih.

Penetapan hari jadi Kota Magelang pada 11 April berdasarkan tulisan Jawa Kuno di Prasasti Mantyasih yang ditemukan di Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang. Prasasti berangka tahun 907 M itu memuat silsilah para raja Mataram Kuno, sebelum Raja Dyah Balitung.

Para penari terlihat menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa lalu yang makmur dan tenteram karena wilayah Magelang dan sekitarnya yang dikelilingi sejumlah gunung itu sebagai tanah yang subur.

Sekelompok penari lain tampak menggambarkan ulah perampok yang mengganggu ketenteraman hidup warga setempat. Warga setempat yang memantapkan persatuannya berhasil mengalahkan kawanan perampok itu sehingga Raja Dyah Balitung berkenan memberikan status wilayah itu sebagai perdikan.

Pada kesempatan itu sekelompok seniman berasal dari Padepokan "Tjipto Boedojo Tutup Ngisor" di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, pimpinan Sitras Anjilin menyuguhkan wayang orang dengan lakon "Mbangun Keraton Ngamarta". Mereka adalah komunitas seniman petani yang selama ini melestarikan dan mengembangkan kesenian wayang orang.

Pementasan mereka di atas panggung berukuran sekitar 40 meter persegi di tengah alun-alun setempat.

"Pentas ini sebagai refleksi betapa membangun suatu negara agar masyarakat hidup makmur itu butuh perjuangan, prihatin, jujur, dan hati yang bersih, niscaya Tuhan memberikan rahmat," kata Sitras yang pada pementasan itu bertindak sebagai dalang.

Puncak perayaan Hari Jadi Ke-1104 Kota Magelang juga ditandai dengan perarakan para pejabat pemkot setempat. Wali Kota Magelang, Fahriyanto, Ketua DPRD Hasan Suryoyudho, dan unsur muspida setempat yang masing-masing mengenakan pakaian kebesaran adat Jawa terlihat menunggang empat kereta kencana sewaan dari Keraton Yogyakarta.

Mereka diarak oleh puluhan pasukan keraton sepanjang sekitar tiga kilometer, mulai dari Gedung Kiai Sepanjang menuju Alun-Alun Kota Magelang. Ribuan warga terutama berasal dari Kota dan Kabupaten Magelang menyaksikan perarakan tersebut, sedangkan tabuhan gamelan terdengar bertalu-talu mengiring prosesi tersebut.

Empat tumpeng ukuran raksasa dengan tatanan ratusan potong getuk khas Magelang diarak oleh puluhan orang dari halaman Masjid Agung Kauman Kota Magelang menuju ke alun-alun setempat untuk diperebutkan masyarakat.

Pada kesempatan itu Fahriyanto memimpin upacara peringatan Hari Jadi Ke-1104 Kota Magelang yang dikemas dengan menggunakan Bahasa Jawa, sedangkan Hasan membacakan sejarah berdiri Kota Magelang.

"Kita patut bangga karena perayaan secara meriah ini menunjukkan gereget masyarakat dalam membangun kota ini," katanya.

Pada masa mendatang, katanya, berbagai komponen masyarakat setempat harus memantapkan semangat persatuan dan gotong royong untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Koordinator Lapangan "Garebek Getuk Kota Magelang 2010", Tri Setyo Nugroho, mengatakan kegiatan itu sebagai upaya menguatkan ikon Magelang sebagai kota budaya.

"Setiap tahun kegiatan ini akan dinanti masyarakat, menjadi ikon budaya Kota Magelang, menjadi imej budaya," katanya.
(U.M029/M028/P003)

RSJ Magelang Dipatenkan sebagai Cagar Budaya

MAGELANG - Rumah Sakit Jiwa dr Soerojo Magelang (RSSM) Jawa Tengah akan tetap mempertahankan bangunan kuno yang ada. Bahkan, mereka akan mematenkan bangunan kuno itu sebagai kawasan cagar budaya.

"Karena bangunan yang ada di RSJ ini sangat unik. Juga telah dibangun sekitar tahun 1916 lalu," terang Direktur RSJ Magelang Djunaedi Tjakrawerdaya di Magelang, Jawa Tengah, Senin (1/9/2008).

Menurutnya, keberadaan RSJ sebagai kawasan cagar budaya akan menjadi aset daerah sekaligus memperkaya keanekaragaman objek wisata. Sehingga menjadi perhatian publik. Kondisi itu, lanjut Djunaedi, tidak akan mengurangi tugas pokok dan fungsi RSJ sebagai pelayan kesehatan masyarakat.

"Memang ini sebuah tantangan besar yang harus dijawab dengan kerja keras serta dukungan banyak pihak," katanya.

Untuk menyamakan persepsi dalam menyelamatkan RSJ sebagai kawasan cagar budaya, pihaknya menggelar seminar sehari dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang kompeten untuk membedah persoalan tersebut. "Hasil seminar akan jadi salah satu acuan kita," sebutnya.

Laretna T Adhisakti mengatakan, upaya RSJ menjadi kawasan cagar budaya perlu ada kesepakatan tentang desain. Bila hal itu disepakati, perlu dipertimbangkan proteksi berbagai identitas yang ada, baik bentuk, ruang, materi maupun suasana. Juga perhitungan ekonomi dalam pelestarian serta implikasi pilihan pelestarian.

"Atas dasar itu perlu disiapkan acuan rancangan pelestarian keseluruhan kompleks RSJ tersebut," imbuhnya. (Muhammad Slamet/Sindo/ful)

Pasar Rejowinangun Kota Magelang Ludes Terbakar

MAGELANG - Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, Jawa Tengah ludes terbakar, sekitar pukul 17.30 WIB petang. Kerugian, diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Sejumlah saksi mengatakan, sumber api berasal dari kios pakaian bekas yang berada di tengah pasar. Api pun terus merembet menghabiskan seluruh barang dan bangunan yang ada di pasar.

Tak pelak, kebakaran tersebut membuat sejumlah pedagang panik. Meski kobaran api terus membesar, mereka nekat masuk dan keluar pasar untuk menyelematkan barang dagangannya. Tak sedikit para pedagang saling bertabrakan, lantaran suasana pasar gelap gulita.

Namun mereka berhasil menyelamatkan sejumlah barang dagangannya dalam jumlah cukup besar. Sebab, saat awal kebakaran, kebanyakan pedagang masih berada di dalam pasar.

Sejumlah personel Polresta Magelang dibantu Polres Magelang dan satuan TNI juga turut mengevakuasi barang milik pedagang. Namun, akibat api terus menjalar, barang dagangan tersebut hanya ditempatkan pada lokasi yang aman.

Dua mobil pemadam kebakaran (Damkar) milik Pemkot Magelang baru datang satu jam kemudian. Untuk masuk ke sumber api, mobil pemadam pun mengalami kesulitan, lantaran harus melewati ratusan pedagang yang lalu-lalang menyelematkan barang mereka. Tak ayal, si jago merah makin sulit dikendalikan.

Beberapa saat kemudian, datang mobil bantuan pemadam kebakaran dari Kabupaten Temanggung dan Magelang. Namun, sulitnya mobil menjangkau sumber api, membuat api terus melalap hingga bangunan paling depan pasar. Hingga berita ini diturunkan, api belum sepenuhnya padam.

Salah seorang pedagang peralatan masak Sugiantoro mengatakan sumber api berasal dari kios pakaian bekas. Beruntung, saat kejadian berlangsung dirinya masih berada di kiosnya. Sedianya, waktu itu dirinya hendak mengunci kiosnya yang berada di sebelah utara pasar.

"Namun, kemudian ada orang teriak-teriak kebakaran. Lalu saya angkat sejumlah barang saya keluar pasar," katanya.(Muhammad Slamet/Sindo/hri)

Menyusuri Borobudur dengan Perahu Kayu



Liputan6.com, Magelang: Bagi wisatawan yang sering berkunjung ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, mungkin sudah bosan dengan pemandangan candi yang itu-itu saja. Namun kini, selain mengunjungi candi, wisatawan juga bisa menikmati wisata perahu kayu, dengan menyusuri sungai sekitar Candi, sambil menikmati indahnya pemandangan desa.

Untuk bisa menggunakan perahu kayu tersebut, setiap pengunjuk dikenai biaya Rp 450 ribu, sudah termasuk makan dan penginapan satu hari. Selama satu jam, pengunjung bebas menggunakan perahu kayu, dengan ditemani seorang pemandu wisata.

Bukan hanya menyusuri sungai, peserta juga diajarkan cara membuat perahu kayu, meski tetap didampingi sang pembuatnya. Jika telah selesai pembuatannya, perahu itu, dapat langsung digunakan oleh peserta.(IDS/ARL)

AKADEMI MILITER, MAGELANG

Pataka Akademi Militer mempunyai seloka yang berbunyi " ADHITAKARYA MAHATVAVIRYA NAGARA BHAKTI " yang mempunyai makna : Sebagai Ksatria yang rajin dan giat menuntut ilmu untuk diamalkan secara gagah berani dan bercita-cita luhur sebagai patriot bangsa.

AKADEMI MILITER, MAGELANG

CAMPURSARI - GETHUK

Lagu kagem Magelang, Kota Gethuk

DISCLAIMER

Semua karya / tulisan di blog ini adalah hak cipta / hak milik dari pengarang, artis, dan penerbit yg bersangkutan. Blog ini disediakan hanya untuk keperluan edukasi.
Perhatian ! Boleh Copy paste, tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.